-Air Mata di Bumi Jihad Syria-
Ini bukan satu adegan film drama atau cerita fiksi.
Ini kisah nyata di Syria.
Wassim Zakour, dia hidup sebagai seorang anak yatim dan meninggal dalam keadaan sendirian. Seluruh anggota keluarga yang ia miliki telah meninggal, mereka semua dibunuh dengan kejamnya oleh tentara-tentara Syiah di Syria.
Tak ada lagi yang ia miliki..
Hanya beberapa potong roti yang sudah tidak layak dimakan yang ia simpan dan hanya ia makan bila sudah sangat kelaparan..
Satu-satunya kenangan dari orang tuanya yang ia masih simpan adalah sepatu milik Ayahnya, sepasang sepatu yang terlalu besar untuk kedua kakinya yang mungil..
Setiap hari dengan bertelanjang kaki ia pergi bekerja menjual sampah dan mendaur ulang benda-benda yang dia jumpai.
Dia selalu membawa sebuah tas hitam bersamanya sehingga dapat menyimpan semua harta dia. Termasuk sepatu buruk, roti lama, dan sampah untuk dijual.
Hanya dia dan Rabbnya lah yang tahu bagaimana anak sekecil itu dapat terus bertahan hidup.. Di tengah serangan bom dan tembakan sniper, melewati kerasnya udara malam di musim dingin dengan hujan atau salju.. Dan tetap menyusuri jalanan pada musim panas yang panasnya menusuk hingga ke ubun-ubun..
Tetapi Syiah tetap tidak ingin seorang anak pejuang sepertinya melanjutkan hidup meskipun dia hanya memiliki sedikit harta.
Kini, dia terbaring di trotoar jalan.
Dua minggu telah berlalu...
Dalam kondisi tubuhnya yang lemah tak mampu lagi digerakkan dan setengah membusuk. Hanya Keimanannya terhadap Rabbnya, tas hitam dengan sedikit hartanya, beserta sepatu buruk kebesaran yang terkadang dia gunakan untuk melindungi kakinya yang tetap menemani hingga hembusan nafas terakhirnya di dunia..
Dan di bawah jenazah anak kecil ini juga terdapat suara hati umat Islam yang mati membiarkan kejadian ini terjadi dan hanya berlalu pergi..........
Ini bukan satu adegan film drama atau cerita fiksi.
Ini kisah nyata di Syria.
Wassim Zakour, dia hidup sebagai seorang anak yatim dan meninggal dalam keadaan sendirian. Seluruh anggota keluarga yang ia miliki telah meninggal, mereka semua dibunuh dengan kejamnya oleh tentara-tentara Syiah di Syria.
Tak ada lagi yang ia miliki..
Hanya beberapa potong roti yang sudah tidak layak dimakan yang ia simpan dan hanya ia makan bila sudah sangat kelaparan..
Satu-satunya kenangan dari orang tuanya yang ia masih simpan adalah sepatu milik Ayahnya, sepasang sepatu yang terlalu besar untuk kedua kakinya yang mungil..
Setiap hari dengan bertelanjang kaki ia pergi bekerja menjual sampah dan mendaur ulang benda-benda yang dia jumpai.
Dia selalu membawa sebuah tas hitam bersamanya sehingga dapat menyimpan semua harta dia. Termasuk sepatu buruk, roti lama, dan sampah untuk dijual.
Hanya dia dan Rabbnya lah yang tahu bagaimana anak sekecil itu dapat terus bertahan hidup.. Di tengah serangan bom dan tembakan sniper, melewati kerasnya udara malam di musim dingin dengan hujan atau salju.. Dan tetap menyusuri jalanan pada musim panas yang panasnya menusuk hingga ke ubun-ubun..
Tetapi Syiah tetap tidak ingin seorang anak pejuang sepertinya melanjutkan hidup meskipun dia hanya memiliki sedikit harta.
Kini, dia terbaring di trotoar jalan.
Dua minggu telah berlalu...
Dalam kondisi tubuhnya yang lemah tak mampu lagi digerakkan dan setengah membusuk. Hanya Keimanannya terhadap Rabbnya, tas hitam dengan sedikit hartanya, beserta sepatu buruk kebesaran yang terkadang dia gunakan untuk melindungi kakinya yang tetap menemani hingga hembusan nafas terakhirnya di dunia..
Dan di bawah jenazah anak kecil ini juga terdapat suara hati umat Islam yang mati membiarkan kejadian ini terjadi dan hanya berlalu pergi..........
0 Komentar:
Posting Komentar